s


Cari Blog Ini

Jumat, 09 April 2010

Laporan praktikum fisika

Menentukan massa jenis benda dengan menggunakan jangkasorong& neraca tiga lengan



Oleh:
Ardi Setiawan

Man madello barru
Ta.2009/2010


KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan rahmat-Nya penyusun telah mampu menyelesaikan Tugas laporan Praktikum Fisika.

Bersama dengan ini, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada guru pengajar praktikum fisika dasar yang telah membimbing dan memberi masukan demi selesainya pembuatan makalah ini. Tak lupa juga terima kasih di sampaikan kepada seluruh teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekuranganya, sesuai pepatah, tak ada gading yang retak. Oleh karena itu, segala kritik dan saran sangat diharapkan agar pada penyusunan berikutnya dapat lebih baik.
Penysun
Ardi Setiawan







I. TUJUAN PRAKTIKUM
Siswa dapat menentukan massa jenis benda dengan menggukanjangka sorong dan timbangan neraca.

II. ALAT DAN BAHAN
1.Jangka Sorong atau Mikrometer
2.Timbangan Neraca 3.Benda [balok kayu,balok besi,balok perak,dan balok tembaga]
III.LANGKAH PRAKTIKUM
A.Jangka Sorong
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.

Pada gambar diatas ditunjukkan bagian-bagian dari jangka sorong. (sorot masing-masing bagian dari jangka sorong tersebut untuk mengetahui nama setiap bagian). Secara umum, jangka sorong terdiri atas 2 bagian yaitu rahang tetap dan rahang geser. Jangka sorong juga terdiri atas 2 bagian yaitu skala utama yang terdapat pada rahang tetap dan skala nonius (vernier) yang terdapat pada rahang geser.

Sepuluh skala utama memiliki panjang 1 cm, dengan kata lain jarak 2 skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan sepuluh skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak 2 skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi beda satu skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0,09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm. Sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm atau 0,01 cm.

Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah : Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm

Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat). Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung.
Jangka sorong biasanya digunakan untuk:
1. mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara “menancapkan/menusukkan” bagian pengukur.
4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.

Cara menggunakan jangka sorong:
1. Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
2. Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
3. Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang
4. Catatlah hasil pengukuran anda
Untuk membaca hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
* Bacalah skala utama yang berimpit atau skala terdekat tepat didepan titik nol skala nonis.
* Bacalah skala nonius yang tepat berimpit dengan skala utama.
* Hasil pengukuran dinyatakan dengan persamaan :

Hasil = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x skala terkecil jangka sorong) = Skala Utama + (skala nonius yang berimpit x 0,01 cm)

Karena Dx = 0,005 cm (tiga desimal), maka hasil pembacaan pengukuran (xo) harus juga dinyatakan dalam 3 desimal. Tidak seperti mistar, pada jangka sorong yang memiliki skala nonius, Anda tidak pernah menaksir angka terakhir (desimal ke-3) sehingga anda cukup berikan nilai 0 untuk desimal ke-3. sehingga hasil pengukuran menggunakan jangka sorong dapat anda laporkan sebagai :
Panjang L = xo ¬+ Dx
Misalnya L = (4,990 + 0,005) cm

Lihat contoh cara mengukur di bawah:
Lihatlah skala nonius yang berhimpit dengan skala utama. Di contoh, yang berhimpit adalah angka 2. Itu berarti 0.02 mm. Sekarang lihatlah ke skala utama di sebelah kiri angka nonius 0. Di situ menunjukkan angka 0.8 cm. Berarti hasil pengukurannya adalah 0.8 cm + 0.02 cm = 0.82 cm.

B.Timbangan Neraca Tiga Lengan
Neraca tiga lengan merupakan neraca tradisional yang di modifikasi untuk mendapatkan tingkat keakuratan yang lebih tinggi. Pada neraca tiga lengan, terdapat tiga lengan yang masing-masing telah digantungi dengan benda yang memiliki massa yang berbeda-beda. Pada lengan yang pertama terdapat skala antara 0g - 200g dengan skala terkecil 100g, di lengan kedua terdapat skala antara 0g - 100g dengan skala terkecil 10g dan lengan terakhir berskala antara 0g - 10 g dengan skala terkecil 0,1g. Dengan mengetahui skala terkecil yang terdapat pada neraca tiga lengan, kita juga dapat mengetahui bahwa tingkat ketelitian dari neraca tiga lengan adalah 0,1g.

Ketika kita akan mengukur massa dari suatu benda, kita harus meletakkan benda tersebut pada piringan kemudian mencari massa yang sesuai dengan massa benda itu dengan metode try and error hingga penunjuk pada kesetimbangan menunjukkan angka 0 yang berarti sudah setimbang.
Cara menggunakan timbangan neraca:
1.Letakkan benda yang akan di timbang di atas penampang timbangan;
2.Setelah itu,baca posisi anting pada lengan belakang,tengah,dan depan;
3.Catatlah hasilnya pada tabel.
IV.HASIL PRAKTIKUM
Setiap pengukuran besaran fisis umumnya selalu menemui batas ketelitian dan kesalahan pengukuran (salah baca, parallax, dsb). Setiap alat ukur mempunyai batas ketelitian dan batas maksimum kemampuan mengukur (batas ukur). Sebagai contoh alat-alat ukur untuk besaran fisis (panjang, lebar, tebal, jarak, dalam dan sebagainya) adalah: Jangka sorong mempunyai ketelitian 0.1 mm atau kurang.
Volume zat pada umumnya tidak dapat diukur dengan langsung tetapi dengan jalan tidak langsung misal :
- Mula-mula diukur panjang, lebar, tebal, atau rusuk-rusuknya dari benda tersebut, jika bentuknya teratur (balok, prisma, limas, silender, dsb).
- Dengan menggunakan hukum Fisika yang telah dikenal seperti hukum Archimedes (untuk semua benda baik teratur maupun tidak teratur).
Cara pertama dikenal sebagai cara statis dan cara kedua sebagai cara dinamis. Akibat cara tidak langsung tersebut ketelitian dan kesalahan pengukuran volume tergantung pada kesalahan dan ketelitian pengukuran rusuk-rusuknya dan pengukuran massa.
Pengukuran massa benda dilakukan dengan alat yang disebut neraca dan tiap-tiap alat mempunyai ketelitian masing-masing. Pada umumnya pengukuran massa dilakukan secara perbandingan dan dalam laboratorium dikenal neraca teknis dan neraca analitis sebagai alat untuk menetapkan massa suatu benda.
Massa jenis benda didefinisikan sebagai banyaknya massa tersebut dalam satuan volume, jika suatu zat/benda yang volumenya (V) mempunyai massa (m), maka massa jenisnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Massa jenis = Massa/Volume dimana, volume (V) = panjang x lebar x tinggi
Setelah melakukan kegiatan dapat di peroleh hasil dengan tabel sebagai berikut :
No Benda Pengukuran jangka sorong [cm] Timbangan Neraca Ohauss [gram]
1. Balok Kayu 2.0 x 2.0 x2.0 5.2
2. Balok Tembaga 2.0 x 2.0 x2.0 71.5
3. Balok Perak 2.0 x 2.0 x2.0 23.52
4. Balok Besi 2.0 x 2.0 x2.0 63.2

Dari tabel dapat di ketahui massa jenis benda dengan menggunakan rumus diatas sebagai berikut:
* Massa jenis balok kayu = Massa/ volume =5.2/8=0.65
* Massa jenis balok tembaga = Massa/ volume =71.5/8=8.9375
* Massa jenis balok perak= Massa/ volume =23.52/8=2.9375
* Massa jenis balok besi = Massa/ volume = 63.2/8=7.9


PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari kegiatan yang telah kita lakukan dapat diketahui bahwa:
* Massa jenis balok kayu = Massa/ volume =5.2/8=0.65
* Massa jenis balok tembaga = Massa/ volume =71.5/8=8.9375
* Massa jenis balok perak= Massa/ volume =23.52/8=2.9375
* Massa jenis balok besi = Massa/ volume = 63.2/8=7.9
B.Saran
Kami ketahui bahwa hasil dari laporan tersebut masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu perlu adanya tinjauan lebih lanjut guna kelengkapannya.

1 komentar: